Langsung ke konten utama

Akhir yang Sungguh Indah (bag.3)

Akhirnya, gue bisa juga nge-post cerita bersambung gue lagi. Lama banget gue nyari waktu yang pas dan sekarang sudah saatnya.
Diceritakan, tokoh "Arief" di tahun 2013. Bedanya, ini di dalam mimpinya. Mimpinya tentang sosok wanita itu terungkap di sini. Enjoy your time! 

Chapter 3: Pembuktian Dimulai

21 Juli 2013
“Bagaimana sekolahmu, Sis? Minggu ini aku sibuk dengan tugas-tugas sekolah yang menumpuk. Jadi, aku selalu lupa menghubungimu,” ujarku pada Siska sebelum Misa hari Minggu dimulai.
“Tak apa. Aku mengerti. Bagaimana dengan adikku? Apa dia bercerita yang tidak-tidak tentangku? Hahaha..”
“Tidak. Dia hanya mengirim SMS untuk menanyakan peraturan dan kondisi sekolahku saja. Memangnya, Dian tidak pernah ngomongin aku?”
“Dia hanya bercerita tentang dirimu yang katanya baik dan ramah, Rief.”
Dian beda dua tahun dengan usia Siska. Mereka berdua punya sifat yang menurutku sama. Sama-sama dewasa dari umurnya sekarang. Mereka juga bijak di setiap penyelesaian masalah mereka.
Misa selesai. Aku mengantar Siska pulang ke rumahnya. Namun, aku tidak melihat Dian ada di rumahnya. Orang tua Siska pun tak tampak.
“Ke mana semua orang di rumahmu, Sis?”
Masa’ kamu lupa? Aku sudah pernah bilang, bukan? Orang tuaku sebulan sekali pergi ke Italia, mengunjungi kakakku yang sedang studi di sana,” ucap Siska panjang lebar.
“Maaf, aku lupa. Kalau Dian?”
“Kalau Dian memang tidak serumah denganku.”
“Lalu?”
“Dia bersama nenek dan kakekku. Dari kecil, ia lebih senang tinggal bersama nenek-kakeknya.”
“Ya sudah kalau begitu. Aku pergi dulu. Jaga dirimu. Kalau ada sesuatu, jangan lupa menghubungiku, ya?” kataku pada Siska sambil memegang tangannya.
“Iya. Tenang saja, Rief. Kau juga hati-hati di jalan, ya?” ucap Siska dengan penuh perhatian seperti biasanya.
Kemudian aku mencium keningnya. Lalu pergi meninggalkan rumahnya.
Malam harinya, aku membuka laptopku dan seperti biasa, log in ke facebook dan Twitter. Tak ada yang spesial dari kedua akun jejaring sosialku itu. Namun, ketika aku mengecek jumlah followers, ada satu orang yang mem­-follow-­ku. Ternyata dia Dian, adik Siska. Tak lama, muncul mention dia pada timeline-ku, “Kak, cek DM deh. @CleverArief”
Aku klik bagian direct message. Ada satu pesan dari Dian. “Kak, hubungan kakak dan Kak Siska akan berlangsung lama.”
“Maksudmu?” balasku padanya. Aku bingung, dari mana ia tahu akun Twitter-ku? Lalu, mengapa ia tiba-tiba mengirim DM dengan isi seperti itu?
“Aku punya indra keenam, Kak. Terserah kalau Kakak tidak percaya padaku. Yang jelas, hubungan kalian akan langgeng. Asalkan...”
“Asalkan apa?”
“Asalkan Kakak berhenti bicara ceplas-ceplos.”
“Apa lagi maksudnya?”
“Teman Kak Siska, kalau tidak salah, pernah bilang pada Kak Siska kalau Kak Arief sering bicara seenaknya sendiri. Kemudian mudah ‘menggampangkan’ orang.”
“Dari mana kau tahu?”
“Aku bisa ‘baca’ setiap kejadian, Kak. Terserah Kakak, mau percaya atau tidak.”
“Terima kasih saranmu, Dik.”
“Tapi, Kak, kalau Kakak masih belum bisa mengubah kebiasaan itu, dua tahun lagi, Kakak akan mengalami pertengkaran yang hebat dengan Kak Siska.”
Malam itu jadi malam yang paling misterius yang pernah kualami. Sebuah tanda tanya besar bagiku. Apakah perkataan Dian tadi benar atau dia hanya menggertak aku saja?
***

2 Januari 2015
Aku terbangun dari tidurku. Kulihat jam, pukul tiga dinihari. Mimpi yang tadi kualami serasa nyata sekali. Dan baru kusadari, mimpi itu adalah pengalamanku dua tahun yang lalu.
Dan aku juga baru memahami arti mimpiku ini. Mimpi ini ada hubungannya dengan mimpi bertemu wanita yang mirip dengan ibuku waktu remaja.
Dua tahun ini memang kuakui, hubunganku dengan Siska sangat hangat. Romantis di setiap kali kita bertemu. Namun, selama dua tahun ini juga aku masih belum bisa menghilangkan sifat burukku itu. Dan benar yang dikatakan Dian dua tahun yang lalu, aku bertengkar dengan Siska.
Terima kasih karena Engkau masih sayang padaku. Memberi peringatan akan semua tingkah lakuku yang kurang baik. Terima kasih, Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SQUAD AYAK-AYAK (Part 1)

Gambar yang pertama kali lu lihat setelah judul di atas bukanlah gambar nyamuk (Famili: Culicidae) yang lagi bertelor di atas air. Sebagian orang mungkin mengenal serangga ini dengan nama "AYAK-AYAK" atau dalam bahasa ilmiahnya  Gerris sp. Jujur, setelah sekian lama judul blog gue berubah nama, postingan ini merupakan postingan TERILMIAH gue. Walaupun keilmiahan gue cuma di depan situ doang sepertinya. (baca: depan lab) Squad Ayak-Ayak ini sih sebenernya bukan squad yang identik sama tentara, atau nama band (maybe?) atau hal-hal aneh lainnya. Ini tuh cuma grup WeA yang sengaja dibikin dalam rangka kesejahteraan mahasiswa pria Biologi yang hilang arah dalam mendiskusikan hasil praktikumnya. *hopefully, ini ga keberatan bahasanya, cukup badan gue aja yg berat* Kenapa kami (akan gue jelasin di part selanjutnya) milih nama ayak-ayak? Jawabannya hampir berfilosofis dengan perumusan Dasar Negara sih. Pertama, Ayak-ayak itu hewan yang unik. Dia KECIL, tapi bisa bertahan dite

DIIMING-IMINGI GOMBALAN DILAN "KAMU NGGA AKAN KUAT, BIAR AKU SAJA", MILEA KASIH TUGAS AKHIRNYA UNTUK DIKERJAKAN DILAN??! BUCIN TO THE NEXT LEVEL!! (#PERMENeps3)

Gue termasuk orang yang cukup pede dengan apa yang gue kerjain, termasuk skripsi punya gue dulu. Saking pedenya, jarang banget gue nanya ke temen sendiri. Iya. Emang salah kok. Tapi, banyak dari kita, masih suka milih-milih buat nanya skripsi. Bisa jadi karena kita milih si A karena dia sama tema penelitiannya. Atau milih si B karena dia kating/senior yang udah ngelewatin itu semua. Atau bahkan, milih si C karena ada udang dibalik rempeyek. Sambil menyelam, minum air, lalu tenggelem. Sekali dayung, dua tiga rumah keliatan dari jauh. Yup! KARENA MODUS! Gue pribadi ngga nyalahin kalian yang lakuin itu ya. Pun, gue juga lakuin itu. hehehe Inti dari segala inti, core of the core dari apa yang gue pengen bahas adalah seberapa penting sih kita tuker ide atau pendapat sama temen? Ngaruh ngga sama skripsi kita? Ngaruh ngga sama penelitian kita? Batasan kita "bantuin" tuh kayak gimana sih? Daaaan, apa kata dosen ya kalo tau kita dibantu sama temen, bahkan secara harfiah

Relakan Saja...

Curhat lagi..curhat lagi... Beberapa hari ini banyak kejadian yang buat gue sadar, kalo hal-hal yang gue inginkan itu gak selamanya harus terpenuhi. Simpel aja contohnya. Misalnya aja tentang ulangan matematika gue kemaren. Gue udah belajar, berlatih ngerjain soal-soal, terus lagi udah coba ngerjain ulang soal yang pernah dinilai. Emang sih pas ulangan cuma ada 5 soal. Tapi, masalahnya adalah dari kelima soal itu yang gue yakin bener cuma satu nomer. Alhasil, gue dapet nilai jelek. Gak cuma gue, sekelas pun gak ada yang lolos KKM (nilainya 75). Hari sabtu kemaren, gue juga ulangan kimia. Hal yang sama telah gue lakukan. Belajar, ngerjain soal-soal plus nyari tambahan materi di buku lain. Untungnya, dari 35 soal PG, setengahnya bisa gue kerjain dengan ingatan gue yang seadanya. Mudah-mudahan kagak remed deh. Inti dari curhatan gue ini adalah sebagai berikut... Satu cewek ini sebenernya udah pernah suka sama gue dulu, tapi nolak gue karena beda iman. Belakangan ini, gue