(Part 3, Sedikit Banyak tentang Pemilu | END)
Beruntunglah
gue, karena ini adalah Pemilu legislatif pertama gue. Di TPS tadi ada 4 surat
suara yang gue coblos. DPR, DPD, DPRD Banten, dan DPRD Kota Tangerang. Khusus
untuk DPD, semua calonnya independen alias non-partai. Dan untuk diketahui,
Pemilu tahun ini adalah Pemilu ketiga selama masa reformasi. Ada 12 partai dan
3 partai lokal Aceh yang ikut sebagai peserta.
Sedikit yang
pengen gue kritisi adalah soal mekanisme atau lebih tepatnya sih prosesnya di
tempatnya langsung. Mulai dari alat-alat yang digunakan deh. Umumnya sih udah
bagus, satu yang gue heran yaitu kotak surat suaranya terbuat dari kardus. Lu
tau sendiri kan, dana Pemilu (atau event yang dibuat negara) itu berasal dari
APBN dan memakan biaya yang besar. Ya masa, buat kotak surat suara aja pake
yang kardus??
Pembukaan TPS
kan jam 7 ya? Tapi untuk masalah persiapan logistik, -buka segel kotak surat
suara, sumpah KPPS dan hal-hal teknis lainnya,- masih dilakukan setelah jam 7.
Gue dan keluarga dateng jam 7 dan ini ngaret sampe jam 8~~
Ya untuk Pemilu
legislatif pertama gue, ini berkesan koq. Dan sampai gue nulis ini, pkl. 20.28,
gue rasa tahun ini Pemilu berjalan lancar dan sukses!! *like* Dan congrats buat
partai yang menang quick count! Tapi jangan senang dulu, hasil resmi kan dari
KPU... :p
Back to the
topic, UN tinggal sebentar lagi. Gue capslock, SEBENTAR LAGI. Apa yang ingin
gue sampaikan bahwa tahun ini UN spesial karena berdekatan harinya dengan
Pemilu. Gue khawatir, akan ada kecurangan-kecurangan berbau politik menjelang
detik-detik UN. Semoga sih gak ada.
Di postingan
terakhir untuk judul ini, gue pengen ngasih tau “manfaat” UN dari sisi
pemerintah saat ini. Menurut mereka, UN dilaksanakan dengan tujuan, menjadi
acuan untuk kelulusan siswa, sebagai syarat masuk ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi plus sebagai sarana perencanaan pembangunan pendidikan di daerah
ke depannya.
Oke, untuk yang
pertama dan kedua kayaknya udah gue jelaskan di postingan sebelumnya. Untuk
yang ketiga ini gue rasa tanpa UN pun bisa dilakukan. Ya, pasti bisa! Gini, pemerintah
bisa melakukannya dengan membangun SDM-nya dulu, dalam hal ini gurunya. Guru
bisa dipersiapkan agar mendidik bukan hanya dengan akal tapi juga dalam
akhlaknya. #aseek. Lalu dari gedungnya dulu deh. Pemerintah bisa mengalokasikan
dana UN untuk pembangunan sekolah di daerah dulu. Kalo dana UN itu gak
dimanfaatkan dengan baik, ya gitu deh, bakalan ada penyimpangan (baca:KORUPSI).
Well, this is my
view about National Exams. Bukan untuk menyalahkan, tapi sebagai bahan refleksi
buat kita semua. Semoga pemimpin-pemimpin yang akan terpilih, bisa membuat
kebijakan yang berpihak pada rakyat~
YES, WE CAN!!
Ralat: EBTANAS hanya ada di jenjang akhir sekolah (kelas 3 SMP dan 3 SMA), bukan di setiap tingkat kelas.
Mohon maaf atas kekeliruannya. *gaya bicara Jeremy Tetty yg menang Panasonic*
Komentar
Posting Komentar