Langsung ke konten utama

About National Exams and Its Relationship with General Election



(Part 3, Sedikit Banyak tentang Pemilu | END)

Hari ini, kita yang WNI dan sudah 17 tahun ke atas, merayakan pesta demokrasi terbesar di negara kita. Yap, PEMILU. Lebih dari satu juta penduduk Indonesia memilih wakil rakyat yang akan duduk di dewan legislatif. Khusus di DPR ada 560 kursi yang diperebutkan oleh ribuan caleg.

Beruntunglah gue, karena ini adalah Pemilu legislatif pertama gue. Di TPS tadi ada 4 surat suara yang gue coblos. DPR, DPD, DPRD Banten, dan DPRD Kota Tangerang. Khusus untuk DPD, semua calonnya independen alias non-partai. Dan untuk diketahui, Pemilu tahun ini adalah Pemilu ketiga selama masa reformasi. Ada 12 partai dan 3 partai lokal Aceh yang ikut sebagai peserta.

Sedikit yang pengen gue kritisi adalah soal mekanisme atau lebih tepatnya sih prosesnya di tempatnya langsung. Mulai dari alat-alat yang digunakan deh. Umumnya sih udah bagus, satu yang gue heran yaitu kotak surat suaranya terbuat dari kardus. Lu tau sendiri kan, dana Pemilu (atau event yang dibuat negara) itu berasal dari APBN dan memakan biaya yang besar. Ya masa, buat kotak surat suara aja pake yang kardus??

Pembukaan TPS kan jam 7 ya? Tapi untuk masalah persiapan logistik, -buka segel kotak surat suara, sumpah KPPS dan hal-hal teknis lainnya,- masih dilakukan setelah jam 7. Gue dan keluarga dateng jam 7 dan ini ngaret sampe jam 8~~

Ya untuk Pemilu legislatif pertama gue, ini berkesan koq. Dan sampai gue nulis ini, pkl. 20.28, gue rasa tahun ini Pemilu berjalan lancar dan sukses!! *like* Dan congrats buat partai yang menang quick count! Tapi jangan senang dulu, hasil resmi kan dari KPU... :p

Back to the topic, UN tinggal sebentar lagi. Gue capslock, SEBENTAR LAGI. Apa yang ingin gue sampaikan bahwa tahun ini UN spesial karena berdekatan harinya dengan Pemilu. Gue khawatir, akan ada kecurangan-kecurangan berbau politik menjelang detik-detik UN. Semoga sih gak ada.

Di postingan terakhir untuk judul ini, gue pengen ngasih tau “manfaat” UN dari sisi pemerintah saat ini. Menurut mereka, UN dilaksanakan dengan tujuan, menjadi acuan untuk kelulusan siswa, sebagai syarat masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi plus sebagai sarana perencanaan pembangunan pendidikan di daerah ke depannya.

Oke, untuk yang pertama dan kedua kayaknya udah gue jelaskan di postingan sebelumnya. Untuk yang ketiga ini gue rasa tanpa UN pun bisa dilakukan. Ya, pasti bisa! Gini, pemerintah bisa melakukannya dengan membangun SDM-nya dulu, dalam hal ini gurunya. Guru bisa dipersiapkan agar mendidik bukan hanya dengan akal tapi juga dalam akhlaknya. #aseek. Lalu dari gedungnya dulu deh. Pemerintah bisa mengalokasikan dana UN untuk pembangunan sekolah di daerah dulu. Kalo dana UN itu gak dimanfaatkan dengan baik, ya gitu deh, bakalan ada penyimpangan (baca:KORUPSI).

Well, this is my view about National Exams. Bukan untuk menyalahkan, tapi sebagai bahan refleksi buat kita semua. Semoga pemimpin-pemimpin yang akan terpilih, bisa membuat kebijakan yang berpihak pada rakyat~

YES, WE CAN!!

Ralat: EBTANAS hanya ada di jenjang akhir sekolah (kelas 3 SMP  dan 3 SMA), bukan di setiap tingkat kelas. Mohon maaf atas kekeliruannya. *gaya bicara Jeremy Tetty yg menang Panasonic*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SQUAD AYAK-AYAK (Part 1)

Gambar yang pertama kali lu lihat setelah judul di atas bukanlah gambar nyamuk (Famili: Culicidae) yang lagi bertelor di atas air. Sebagian orang mungkin mengenal serangga ini dengan nama "AYAK-AYAK" atau dalam bahasa ilmiahnya  Gerris sp. Jujur, setelah sekian lama judul blog gue berubah nama, postingan ini merupakan postingan TERILMIAH gue. Walaupun keilmiahan gue cuma di depan situ doang sepertinya. (baca: depan lab) Squad Ayak-Ayak ini sih sebenernya bukan squad yang identik sama tentara, atau nama band (maybe?) atau hal-hal aneh lainnya. Ini tuh cuma grup WeA yang sengaja dibikin dalam rangka kesejahteraan mahasiswa pria Biologi yang hilang arah dalam mendiskusikan hasil praktikumnya. *hopefully, ini ga keberatan bahasanya, cukup badan gue aja yg berat* Kenapa kami (akan gue jelasin di part selanjutnya) milih nama ayak-ayak? Jawabannya hampir berfilosofis dengan perumusan Dasar Negara sih. Pertama, Ayak-ayak itu hewan yang unik. Dia KECIL, tapi bisa bertahan dite

DIIMING-IMINGI GOMBALAN DILAN "KAMU NGGA AKAN KUAT, BIAR AKU SAJA", MILEA KASIH TUGAS AKHIRNYA UNTUK DIKERJAKAN DILAN??! BUCIN TO THE NEXT LEVEL!! (#PERMENeps3)

Gue termasuk orang yang cukup pede dengan apa yang gue kerjain, termasuk skripsi punya gue dulu. Saking pedenya, jarang banget gue nanya ke temen sendiri. Iya. Emang salah kok. Tapi, banyak dari kita, masih suka milih-milih buat nanya skripsi. Bisa jadi karena kita milih si A karena dia sama tema penelitiannya. Atau milih si B karena dia kating/senior yang udah ngelewatin itu semua. Atau bahkan, milih si C karena ada udang dibalik rempeyek. Sambil menyelam, minum air, lalu tenggelem. Sekali dayung, dua tiga rumah keliatan dari jauh. Yup! KARENA MODUS! Gue pribadi ngga nyalahin kalian yang lakuin itu ya. Pun, gue juga lakuin itu. hehehe Inti dari segala inti, core of the core dari apa yang gue pengen bahas adalah seberapa penting sih kita tuker ide atau pendapat sama temen? Ngaruh ngga sama skripsi kita? Ngaruh ngga sama penelitian kita? Batasan kita "bantuin" tuh kayak gimana sih? Daaaan, apa kata dosen ya kalo tau kita dibantu sama temen, bahkan secara harfiah

Relakan Saja...

Curhat lagi..curhat lagi... Beberapa hari ini banyak kejadian yang buat gue sadar, kalo hal-hal yang gue inginkan itu gak selamanya harus terpenuhi. Simpel aja contohnya. Misalnya aja tentang ulangan matematika gue kemaren. Gue udah belajar, berlatih ngerjain soal-soal, terus lagi udah coba ngerjain ulang soal yang pernah dinilai. Emang sih pas ulangan cuma ada 5 soal. Tapi, masalahnya adalah dari kelima soal itu yang gue yakin bener cuma satu nomer. Alhasil, gue dapet nilai jelek. Gak cuma gue, sekelas pun gak ada yang lolos KKM (nilainya 75). Hari sabtu kemaren, gue juga ulangan kimia. Hal yang sama telah gue lakukan. Belajar, ngerjain soal-soal plus nyari tambahan materi di buku lain. Untungnya, dari 35 soal PG, setengahnya bisa gue kerjain dengan ingatan gue yang seadanya. Mudah-mudahan kagak remed deh. Inti dari curhatan gue ini adalah sebagai berikut... Satu cewek ini sebenernya udah pernah suka sama gue dulu, tapi nolak gue karena beda iman. Belakangan ini, gue