Memberikan selamat kepada seseorang menjadi tradisi bangsa Indonesia sejak dulu. Biasanya, kita memberikan selamat kepada seorang yang meraih prestasi, mencapai tahapan yang lebih baik, memperoleh jabatan, atau hanya sekadar menyapa orang yang ditemui. Berurusan bidang sosial, ucapan selamat menjadi hal yang penting bagi kelangsungan hubungan antarpribadi, baik itu yang sudah kenal satu sama lain atau antarpribadi yang sudah akrab.
Di konten #PERMEN kali ini, gue akan coba membuka makna selamat terutama "selamat" yang selalu dibahas setiap akhir tahun. Yup, bahasan yang dimaksud adalah memberi ucapan "Selamat Natal".
Inilah dia.
#PERMEN
PERMASALAHAN MILENIAL
EPISODE 1
Arti "selamat" itu apa, sih?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring yang dimutakhirkan Oktober 2019, kata selamat memiliki 5 arti berikut.
- a terbebas dari bahaya, malapetaka, bencana; terhindar dari bahaya, malapetaka, bencana; tidak kurang suatu apa; tidak mendapat gangguan, kerusakan, dan sebagainya: ia -- dari pembunuhan
- a sehat
- a tercapai maksud; tidak gagal
- n doa (ucapan, pernyataan, dan sebagainya) yang mengandung harapan supaya sejahtera (beruntung, tidak kurang suatu apa, dan sebagainya): ketika ia kawin, banyak handai tolannya yang memberi ucapan -- kepadanya
- n pemberian salam mudah-mudahan dalam keadaan baik (sejahtera, sehat dan afiat, dan sebagainya): -- datang; -- jalan; -- malam (pagi, siang); -- tahun baru; -- tinggal
Terlihat dari kelima arti tersebut bahwa kata selamat secara umum bersifat baik. Lalu, di mana masalahnya?
Sebelum membahas lebih dalam, tradisi memberikan ucapan selamat ini juga terjadi dalam komunitas kelas gue dulu. Di whatsapp gue, ada grup kelas dan grup angkatan jurusan. Kedua grup ini tidak seramai dulu ketika kami masih aktif kuliah di kelas. Isi kedua grup ini sekarang tidak jauh dari tiga hal ini, yaitu informasi jadwal seminar proposal/hasil junior/senior, informasi jadwal seminar proposal/hasil teman seangkatan, atau undangan pernikahan anggota grup. Ada hal unik yang kami lakukan, apalagi terkait dua hal terakhir. Ketika ada informasi tersebut, ucapan selamat dari orang pertama akan disalin oleh anggota grup lain sebagai bentuk ucapannya. Ya, semacam "template" selamat untuk anggota grup lain mengucapkan.
Layaknya ucapan selamat sebagai template, maka ucapan "Selamat Natal" sudah menjadi ucapan selamat yang paling umum diucapkan di akhir tahun. Di mana-mana ada tulisan itu. Tidak ada yang salah dari template itu.
Namun, sejak media sosial digandrungi masyarakat, ucapan selamat itu menjadi kontroversial. Disebutkan di banyak akun bahwa ucapan selamat tersebut tidak boleh diucapkan oleh satu agama tertentu kepada umat agama yang sedang merayakan momen tersebut.
Lingkungan sosial gue cenderung didominasi oleh agama mayoritas. Oleh karena itu, gue tidak bisa mengelak tentang informasi ini. Dan sejauh yang gue tahu, pelarangan mengucapkan selamat itu ya sesuai dengan prinsip agama tersebut. Urusan si A mau "melarang" itu dengan berbagai alasannya ya bukan urusan gue karena sejatinya, urusan baik-buruk dan benar-salah adalah urusan Tuhan.
Lalu, bagaimana orang-orang terdekat gue yang berbeda agama dengan gue? Mereka tetap memberikan selamat. Di saat yang sama, mereka juga tetap melaksanakan aturan agamanya yang lainnya, yang lebih penting dibanding urusan "selamat-menyelamati" ini. Malahan, tukang becak yang kenal gue dari SD dan ada di dekat gereja gue, juga mengucapkan selamat.
"Wiih, Rip! Sini dulu. (sambil mengulurkan tangan, mengajak salaman) Selamat dulu! Apa tuh? IYA! Selamat Natal ya, Rip! Hahahaha!"
Dari sisi gue yang merayakan, gue tidak memaksa teman-teman gue untuk ucapkan selamat. Gimana ya? Yaa, biasa aja gitu lho. Sama seperti gue ulang tahun. Gue hampir tidak pernah memberitahukan kalau saat itu gue sedang ulang tahun. Biasanya, mereka yang tahu gue ulang tahun adalah keluarga gue sendiri, teman-teman dekat gue, atau mereka yang tahu dari media sosial.
Sadar atau tidak, ucapan ulang tahun ini juga menarik untuk dibahas. Mereka yang berulang tahun biasanya akan mendapat DM atau sebutan (mention) dari story (cerita) Instagram orang lain, lalu si yang ulang tahun akan mengunggah ulang (repost) di akun mereka. Katanya, semakin banyak yang mengucapkan selamat ulang tahun maka semakin banyak "teman" yang dimiliki.
Menurut gue, urusan memberikan selamat pada akhirnya hanya sebatas ucapan kok. Bagi yang mengucapkan, berarti dia ingin agar kehadirannya bisa membuat senang yang diberi ucapan. Bagi yang diucapi, berarti dia juga ingin kebahagiaan yang ada pada dirinya juga berimbas pada orang yang mengucapkan. Jika tidak ada yang mengucapkan, ya tidak apa-apa. Ketiadaan ucapan bukan berarti meniadakan kebahagiaan orang yang tidak diucapi.
Hakikatnya, selamat itu bahagia, positif, dan menentramkan.
Referensi:
Komentar
Posting Komentar