Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

About National Exams and Its Relationship with General Election

(Part 3, Sedikit Banyak tentang Pemilu | END) Hari ini, kita yang WNI dan sudah 17 tahun ke atas, merayakan pesta demokrasi terbesar di negara kita. Yap, PEMI LU . Lebih dari satu juta penduduk Indonesia memilih wakil rakyat yang akan duduk di dewan legislatif. Khusus di DPR ada 560 kursi yang diperebutkan oleh ribuan caleg. Beruntunglah gue, karena ini adalah Pemilu legislatif pertama gue. Di TPS tadi ada 4 surat suara yang gue coblos. DPR, DPD, DPRD Banten, dan DPRD Kota Tangerang. Khusus untuk DPD, semua calonnya independen alias non-partai. Dan untuk diketahui, Pemilu tahun ini adalah Pemilu ketiga selama masa reformasi. Ada 12 partai dan 3 partai lokal Aceh yang ikut sebagai peserta. Sedikit yang pengen gue kritisi adalah soal mekanisme atau lebih tepatnya sih prosesnya di tempatnya langsung. Mulai dari alat-alat yang digunakan deh. Umumnya sih udah bagus, satu yang gue heran yaitu kotak surat suaranya terbuat dari kardus. Lu tau sendiri kan, dana Pemilu (atau

About National Exams and Its Relationship with General Election

(Part 2) UN buat gue itu kayak “malaikat pencabut nyawa”. UN itu hidup mati kita sebagai siswa. UN juga lah yang nentuin lu lulus atau gak. Per*setan dengan proses lu belajar di sekolah. Yang penting nilai UN lu tuh cukup dari 5,5. (nb: walau gak 100% dari UN) Motivasi yang salah itulah yang ngebuat kita-kita yang ikut UN, jadi nervous. Untuk kalian yang biasa dengan nervous dan dapat mengatasinya, UN ya kayak ulangan biasa aja. Kalian juga gak anggep ini ujian paling berat yang dikasih Tuhan selama lu hidup pastinya. Dan inilah yang seharusnya yang terjadi. UN ITU SAMA SEPERTI TES YANG DIBERIKAN GURU DI SEKOLAH. But, more than 75% students don’t think like that . Mereka ikut UN karena motivasi yang salah tadi. UN di pikiran mereka adalah tujuan utama mereka sekolah. Ini juga didukung sama lingkungan terdekat mereka. KELUARGA. Keluarga lah yang terkadang ingin anaknya lulus dengan nilai “perfect” dan tidak mau sekedar lulus. Karena hal tadi, siswa yang perfeksionis

About National Exams and Its Relationship with General Election

(Part 1) Panjang kayaknya judul postingan gue ini. Yap, seperti itulah yang pengen gue share tentang pandangan gue sama UN dan Pemilu yang bakal digelar beberapa hari ini. PANJAAAANG BANGEEET~~~ Gue akan menilai ini dari sisi subyektif, artinya ya menurut gue plus dengan penilaian temen-temen, para guru yang rata-rata gak setuju dan para praktisi pendidikan . Mungkin lu pada anggep ini lebay atau pembelaan karena gue gak siap lawan tuh UN, tapi ciyuus deh, ini beneran karena gue gak setuju sama UN. Para guru gue ini sangat tidak setuju dengan UN. Hal yang paling mendasar adalah tentang sistem penilaian UN sendiri. Masa sekolah selama 3 tahun ini (nb: gue masih SMA) ditentukan dalam TIGA HARI. Memang gak semuanya ditentukan sama UN, karena masih ada nilai dari UAS dan nilai sekolah. Tapi ya, tetep aja itu GAK GUNA karena nilai dari sekolah cuma dapet presentase yang kecil.... Mereka juga gak setuju karena yang menilai adalah “pemerintah”. Melalui orang yang dipercaya, p