Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

~SELINGAN~

Pertama-tama kita panjatkan puji dan syukur , maafin gue yang gak bisa lanjutin postingan sebelumnya yang “ Jarkom-Jarkoman ” itu ya. I’m sorry my fans~~ :p Kali ini gue pengen sedikit melow. Kata lainnya sih, curhat. Buat lu yang pada mikir kalo cowo gak ada hak untuk curhat, HEEEYY , tunggu dulu. Kalo lu yang cewek, nuntut emansisapi(?), emansipasi maksud gue, kita para gentlemen juga punya hak untuk itu! Wanita boleh nangis, kita juga! Wanita boleh curhat, kita juga! Wanita boleh pake bikini, kita yang....liaat~ :p Setahun belakangan ini, gue sering keinget sama satu cewek yang udah laamaaa banget gak tau kabar dia. Yang gue tahu, dia masih muncul di twitter. Untungnya sih gue follow akun dia. Entah dia follow akun gue apa kagak. Yang jelas, gue sering nge-retweet tweetnya dia. Entah dia tahu “keberadaan” gue atau nggak. Kehadiran pikiran gue tentang cewek ini timbul ketika gue lagi sibuk atau lagi gak ada kerjaan. Lewat gitu aja. Kayak bau kentut. Puncaknya adalah ta

Jarkom-Jarkoman (bag. 1)

Pekerjaan paling ribet untuk gue saat ini adalah ketika gue harus kasih kabar ke temen-temen sekelas kalo ada info penting, yang terkadang mendadak juga. Let’s say it with “JARKOM”. Awal-awal jadi ketua kelas, gue bingung istilah untuk frase “kasih tau yang lain yaa ;)” itu apa. Dan ketemulah gue dengan kata ini ==> JARKOM. JARKOM alias JARingan KOMunikasi(?) inilah awal hidup gue yang baru. *lho koq baru geh?* (geh=aksen orang Serang, artinya kayak sih atau masa , tergantung konteks). Kenapa jadi bahas geh-geh’an geh(?) Dari jarkom-jarkoman ini, gue ngerti bahwa manusia di dunia ini berbeda-beda dan unik. Gak usah dunia deh, sepropinsi aja udah beda-beda. Gue lahir dan tinggal di Kota Tangerang. Walau nih kota masuk propinsi Banten, tapi masalah budaya cenderung mirip Betawi. Gue gak bilang kalo Tangerang itu bagian suku Betawi atau Sunda atau Banten atau Amerika *plaak* tapi kalo diliat-liat ya emang beda sama kota/kabupaten lain di Banten. Itulah sebabnya, gue

~UNTITLED ALIAS ANONIM ALIAS TANPA JUDUL ALIAS AKU~

Kudengar suara anak-anak yang bersuka ria malam ini. Mungkin mereka sedang kegirangan mengikuti acara Maulid Nabi hari ini. Entahlah...   Aku tak tahu aku sedang menulis apa. Tugas? Puisi? Atau cerpen? Entahlah... Yang terbersit dalam pikiranku sekarang adalah bagaimana jadinya aku besok, lusa, bahkan seminggu ke depan. Aku tak habis pikir tentang itu. Mungkin ini konyol, tapi entahlah... Jika engkau berkata apapun tentang diriku, itu hakmu. Begitupun sebaliknya. Jika aku berkata apapun tentangmu, itu juga hakku. Namun, semua tampak aneh ketika aku berbicara yang tidak-tidak tentangmu sedangkan kau pun berbicara yang tidak-tidak tanpa sepengetahuanku. Apa ini yang namanya “ngomongin orang” , hah? Entahlah... Saat kau baca ini, aku tahu apa yang kau pikirkan. TIDAK ADA. KOSONG. HAMPA. Persetan dengan orang karena setan pun bilang yang sama, “Perorang dengan setan.” Itu sama ketika kau mengumpat, “Anjing lu!” Lalu anjing pun mengumpat hal yang sama, “Manusia lu