Aduh Aing
*this
text is inspired by one of my friend*
Pernah
suatu kali, dosen gue bilang kalo kita pusing gegara cuma mikirin tugas dan gak
sesegera mungkin ngerjain itu. Ya. Gue ulang ya. CUMA DIPIKIR
DOANG.
Serajin-rajinnya seorang mahasiswa, gue rasa tugas gak akan berhenti mengalir
deh. Terus ngalir kayak air kali bebas hambatan gitu(?)
Entah
ini terjadi di mahasiswa jurusan lain atau tidak ya, yang jelas, signature dari anak biologi di kampus
gue tuh adalah ngerjain tugas dimanapun dan kapanpun. Seriously. Deket rektorat, di kosan temen, di rumah, sampai di
kelas. Pagi, siang, sore, malem, dinihari, subuh, dan seterusnya. Kayak bagan
alir rutinitas yang kayaknya begitu-begitu aja. Ini gak akan kami lakukan
ketika UAS dan liburan UAS-nya ya. Ah, gak juga sih. Rerata, menjelang sampai
setelah UAS masih ada tugas koq. -__-
Seperti
yang gue tulis setelah judul, postingan ini terinspirasi dari salah satu temen
gue yang...nggg.... Apa ya gue bilangnya tuh? Almost 90% of his life, digunain buat ngeluh. Ketika dia ngeluh,
akan muncul istilah itu tuh. Yang gue tulis jadi judul. Aduh aing istilahnya dia. Gue dan temen-temen lainnya udah hapal
sama kelakuan nih anak kalo udah nyebut istilah itu.
Aduh aing
berasal dari dua kata, “aduh” dan “aing”(?) *masa sih, maaaass??!* Menurut
KBBI, “aduh” adalah sebuah kata seru untuk menyatakan rasa heran, sakit, dsb.
Sedangkan, “aing” merupakan bahasa Sunda kasar yang artinya saya (Sunda
halusnya abdi, urang, dll). Jadi kalo secara harfiah gue artiin, “aduh aing” tuh ngegambarin
rasa sakit atau pusing terhadap dirinya sendiri.
Mungkin
relevan sih (ciaelah, bahasanya “relevan” :p ) kalo dikaitin sama rutinitas
gue, temen-temen gue, dan kakak-kakak tingkat gue yang selalu berkutat dengan
tugas. Laporan, kuis, tugas individu, tugas kelompok, praktikum, dan
seterusnya. Semua orang (mungkin) akan setuju dengan hipotesis gue kalo kita akan
punya titik kejenuhan dalam menjalani hidup atau sekolah atau kuliah. Saking
banyaknya hal yang harus dilakuin, maka kita justru akan bingung dengan
prioritas hal yang harus dikerjakan. Sampai di titik itu, dengan mudahnya kita
akan nyari pelampiasan. Ya. “PELAMPIASAN”. Bisa dengan jalan-jalan sejenak,
tidur, makan, denger musik atau hal-hal yang “if you know what I mean”.
Nukleusnya
alias intinya, semua akan tetep jadi RENCANA, WACANA, IMPIAN kalo lu CUMA
MIKIR. Berbuatlah sesuatu, setidaknya cobalah dulu apa yang harus dikerjakan
itu.
Mengutip
suatu ayat di Alkitab (mohon maaf kalo salah dan kalo gak sama persis) kalo
kesusahan sehari, biarlaah menjadi kesusahanmu di hari itu. Biarlah Tuhan yang
ngebantu apa yang jadi keresahan lu.
SEKIAN
Komentar
Posting Komentar