"Arief ga pernah ngerasain patah hati sih."
Sekilas, kalimat barusan terlihat biasa saja. Tapi, coba lu baca kalimat itu dengan intonasi dan suasana yang beragam. Kalimat itu mungkin bagi sebagian orang bersifat tendensius, intimately atau bahkan mengintimidasi.
Kalimat itu muncul dari seorang teman yang baru saja patah hati. Ya, patah hati. Biasa saja buat gue. Sedikit beda, karena yang bilang kalimat itu adalah teman gue yang biasanya tidak semeledak itu. Orangnya biasa saja, cenderung pemikir mungkin. Kejadiannya baru terjadi hari ini, sore ini lebih tepatnya.
Coba bandingkan dengan kalimat ini.
"Khilafnya lama banget ya, gak move on move on."
Banyak persepsi kan? Hehehe 😊
Dalam kepercayaan gue, sebelum dan sesudah berdoa haruslah membuat tanda salib yang dimulai dari dahi, tengah-tengah dada, dan di sisi kiri serta kanan dada. Tanda salib merupakan tanda kemenangan untuk kami umat Kristiani, khususnya umat Katolik. Tanda salib ini juga sangat dianjurkan digunakan ketika ingin berbuat sesuatu yang baik. Setidaknya itu yang gue tahu dan pahami.
Kemenangan itu sesungguhnya adalah untuk orang yang ingin berusaha bangkit dari keterpurukannya. Berusaha bangkit dari patah hatinya. Berusaha bangkit dari kekhilafannya. Berusaha bangkit dari dosa menuju hal yang suci, yang murni, yang bersih.
Gue lupa persis perikop Alkitabnya. Di sana tertulis, Tuhan Yesus bilang bahwa jikalau kamu sedang berpuasa, janganlah kau tunjukkan muka yang muram. Basuhlah wajahmu segera. Umat Islam bilang wudlu (correct me if my type is wrong). Umat agama lain mungkin punya istilah sendiri untuk kegiatan membasuh wajah ini.
Untuk teman-teman yang akan membuat skripsi, sedang membuat skripsi atau telah membuat skripsi lalu ingin meraih cita-citanya, bangkit yuk.
Tak usah terburu-buru tak apa.
Ambil nafas.
Hembuskan.
Tenangkan pikiranmu.
Lalu basuh wajahmu ya.
Komentar
Posting Komentar